Minggu, 24 Oktober 2010

Kemana Jati Diri Bangsaku

Beribu pulau milik bangsa Indonesia
Tapi dimana rasa cinta kita?
Berjuta budaya telah dimilikinya
Namun dimana kepedulian kita?
Banyak bahasa di Tanah Air Indonesia
Tapi adakah perasaan bangga?

                    Kemanakah jati diri bangsaku?
                    Bangsa yang diperjuangkan pendahulu
                    Mungkinkah hilang ditelan  zaman?
                    Ataukah mati oleh Globalisasi

Bukan salah yang memerintah
Bukan juga yang di perintah
Namun kesadaran diri kita
Mempertahankan jati diri bangsa

Kobarkan Semangat Kebangkitan Nasional

Indonesia adalah negara yang kaya akan kekayaan alam. Tidak heran apabila sebelum tahun 1945 Indonesia pernah dijajah oleh bangsa asing. Seperti  Portugis, Belanda, Jepang, dll, yang sangat menginginkan untuk menguasai Indonesia.

Namun dengan semangat yang berkobar, para pendahulu kita merebut kembali Indonesia. Mereka mempertaruhkan nyawa hanya untuk Kemerdekaan bangsa Indonesia.

Sekarang, kita telah menikmati kemerdekaan ini. Apa yang harus kita lakukan agar kemerdekaan yang diperoleh tidak dengan cuma-cuma ini tetap terisi? sebagai penerus bangsa, kita harus mempunyai SDM(Sumber Daya Manusia) yang berkualitas. Kita juga harus pandai-pandai mengolah apa yang telah bangsa Indonesia miliki. Jangan sampai kita kehilangan kekayaan yang melimpah ruah.

Tidak hanya kekayaan alam saja, namun juga kekayaan budaya. Kita pernah menyaksikan budaya kita yang telah dicuri oleh negara lain.

Sebut saja Pengklaiman atas beberapa kebudayaan yang jelas-jelas asli Indonesia oleh oknum tak bertanggung jawab negara tetangga. Tentu saja hal ini tak luput dari kelalaian kita. Perilaku lalai dan tidak bangga terhadap produk dan kebudayaan lokal-lah yang menjadikan ini sebuah kesempatan bagi negara lain untuk berbuat kejahatan pada negara kita. Apa kita tak malu? Indonesia adalah negara yang super kaya. Baik budaya dan sumber daya lainnya.

Maka dari itu, melalui tulisan ini, saya menghimbau kepada seluruh pelajar, pemuda, bahkan seluruh warga negara Indonesia, marilah kita jaga dan kobarkan kembali rasa cinta kita secara utuh dan menyeluruh terhadap tanah air Indonesia dengan cara melestarikan dan menunjukan kebanggaan terhadap warisan-warisan terdahulu, dan produk-produk / karya asli bangsa Indonesia. Hilangkanlah rasa malu untuk belajar budaya tradisional Indonesia. Karena bangsa yang baik ialah bangsa yang mau melanjutkan semangat warisan terdahulunya. Sebagai pelajar, rasa patriotisme dapat ditunjukan dengan dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan kesungguhan yang heroik dalam menuntut ilmu agar tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud.

Dengan begitu, kita bisa membangun indonesia yang
MAJU, CERDAS, SEJAHTERA
DAN MANDIRI.

Sabtu, 23 Oktober 2010

Pentingnya Bahasa Indonesia

Bahasa Inggris adalah bahasa Internasional yang memudahkan kita untuk berkomunikasi dengan orang asing. Namun, menurut saya, bahasa Inggris bukanlah menjadi menu utama yang harus di nomer satukan di negara kita ini.

Saya beranggapan seperti ini, bukan karena anti bahasa asing atau tidak mau membuka pikiran untuk masa depan. Namun faktanya bahasa Inggris yang seharusnya digunakan dalam berhubungan dengan dunia ini justru menjadi penjajah abstrak di negeri kita. Banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan Bahasa Inggris, mulai dari peringatan, petunjuk, yang banyak kita jumpai menggunakan bahasa Inggris.

Bahkan, percakapan sehari-hari pun kita mencampurkan bahasa Inggris ke dalamnya. Anehnya, kita semua tetap bangga melakukan semua itu.

Dalam hal ini, mungkinkah melawan dominasi bahasa Inggris? Jika pengertiannya "menghentikan", agaknya mustahil, dan memang tak perlu.
 Karena disini kita juga membutuhkan bahasa Inggris, Namun jika di maksudkan, untuk menyelamatkan bahasa Indonesia jawabnya "mungkin".

Yang berperan untuk melakukan ini bukan hanya masyarakatnya saja, namun juga

Redupnya Patriotisme dikalangan Pelajar

Jiwa Patriotisme adalah Faktor penting untuk mempertahankan Indonesia. Tanpa adanya jiwa patriotisme, kekuatan bangsa Indonesia mudah lemah, namun kenyataannya :
      Sebuah keironisan mengenai jiwa patriotisme dikalangan pelajar Indonesia. Fenomena yang kini terjadi ialah pudarnya jiwa patriotisme yang sudah sangat memprihatinkan ini. Pelajar yang notabene generasi penerus bangsa, pemegang tongkat estafet keberlanjutan Republik Indonesia ini, sudah banyak yang mengacuhkan rasa cinta terhadap bangsanya sendiri. Ini akan menjadi sebuah ancaman yang lebih besar mengingat di tahun 2010 ini telah disepakatinya Perjanjian Globalisasi.

Tidak usah terlalu jauh keuar, lihat saja beberapa fenomena yang cukup membuat hadirnya perasaan takut tentang kenyataan redup bahkan hilangnya jiwa Patriotisme pelajar Indonesia. Berikut 3 fenomena rapuhnya jiwa patriot pelajar yang dapat saya tunjukan: 1. mencontek saat ulangan,, 2. Tidak mengikuti upacara dengan hikmat,, 3. Tidur saat pelajaran.
  1. Mencontek saat ulangan adalah sesuatu hal yang tercela dan dalam hal ini berarti membunuh diri sendiri. Dengan mencontek, kita membiasakan diri untuk memanjakan otak untuk tidak berfikir. Padahal, semakin jarang dipakainya sebuah otak, maka daya ingatpun semakin lemah. Maka dari itu, kita dianjurkan selalu menggunakan otak untuk berfikir. Sehingga kita pun menjadi generasi yang cerdas dan pandai.
  2. Upacara Bendera diadakan agar kita selalu mengingat dan menghormati perjuangan-perjuangan para pahlawan yang berhasil memerdakan negara kita, dan hal ini juga masuk dalam kecintaan kita terhadap Tanah Air Indonesia. Namun dengan sikap yang tidak ada hikmatnya sama sekali , sudah mencerminkan acuhnya terhadap cinta tanah air Indonesia. Apalagi saat Sang Merah Putih dikibarkan pun, mereka merasa enggan untuk hormat walaupan hanya untuk beberapa menit saja.
  3. Tidur saat pelajaran bukan menjadi hal yang luar biasa lagi di negeri ini. Faktanya, masih banyak siswa yang tidak memperdulikan guru saat sedang mengajar. Bahkan, mereka terlalu menganggap ringan bila mereka di setrap saat pelajaran.
Karena itu, marilah kita perbaiki mutu pelajar di Indonesia, dan buktikan kepada Dunia bahwa Indonesia siap dan mampu bersaing di tingkat Internasional.

Jumat, 22 Oktober 2010

Indonesia Hadapi Krisis Bahasa

Bangsa Indonesia dewasa ini dihadapkan pada krisis bahasa, berupa pemakaian bahasa asing yang tidak proporsional dan pencampurbaruan bahasa indonesia dengan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Seperti kata Kepala Balai Bahasa Medan, Prof Amrin Saragih, "Krisis ini disebabkan hilangnya kecintaan terhadap bahasa daerah dan masuknya bahasa asing ke Indonesia dalam layanan umum, berupa merek dagang ,dan melalui jalur investasi".

Bahkan, kini ada anggapan di masyarakat bahwa satu-satunya jalan untuk selamat dari arus Globalisasi adalah menguasai bahasa asing, khusunya bahasa Inggris. Bahasa Inggris juga dianggap memiliki daya jual dan daya peng-angkat marwah dan wibawa.

Itulah sebabnya hampir semua merek dagang, spanduk, nama perusahaan, dan nama hotel atau layanan umum lainnya menggunakan bahasa Inggris. Terkadang, merek dagang bercampur aduk antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. "Ini salah satu bukti bahwa kita mengalami krisis bahasa dan juga krisis Identitas atau Jati diri".

Salah satu upaya yang efektif untuk mengatasi krisis bahasa adalah meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap bahasa Indonesia melalui pendidikan yang berkualitas. Semua pihak, baik politisi, wartawan, kaum intelektual, maupun tokoh masyarakat, perlu diberi pemahaman tentang kebijakan kebahasan yang dibuat oleh pemerintah.

Kebijakan kebahasan Indonesia adalah menjunjung tinggi bahasa Persatuan atau Nasional, bahasa Indonesia, dan menjadikannya sebagai bahasa pergaulan yang lebih luas secara kuantitatif dan kualitatif. "Kebijakan tersebut tidak memusuhi bahasa asing, tetapi menempatkan peran bahasa asing pada posisi yang proporsional sebagai bahasa pengantar untuk komunikasi antarbangsa".

Mengenai Mutu Pendidikan,
Dengan bahasa Indonesia, kita tidak hanya dapat menyampaikan informasi tentang pendidikan, tetapi juga dapat mengetahui dan mendalami ilmu-ilmu lainnya.

Disamping sebagai bahasa negara dan bahasa resmi, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan pembangunan Nasional. Seperti yang dilaporkan Kepala Sub Bidang Pembakuan dan Kodefikasi Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Dr Fairul Zabadi, "Penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta pemanfaatannya kepada peren-canaan dan pelaksanaan pembangunan Negara dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Rabu, 20 Oktober 2010

Lunturnya Berbahasa Indonesia di Lingkungan Belajar

BAHASA Indonesia adalah bahasa pemersatu untuk semua suku di negeri ini. Tanpa adanya bahasa Indonesia, kita akan kesulitan berkomunikasi antarsuku, karena setiap suku punya bahasa ibu sendiri.Tanpa bahasa Indonesia kita juga akan kesulitan untuk merdeka dari penjajah. Karena begitu pentingnya peran bahasa Indonesia dalam kemerdekaan ini, maka tidak salah kalau pemuda dan pemudi Indonesia saat itu memasukkannya dalam sebuah janji yang kemudian diberi nama Sumpah Pemuda.
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, Tanah Air Indonesia
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia
Kami poetra dan poetri Indonesia menjoenjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia Djakarta, 28 Oktober 1928

Bahasa Indonesia di kala itu bisa dibilang menjadi ‘tuan rumah’ di negeri sendiri, karena masyarakatnya tidak malu menggunakan bahasa Indonesia, bahkan merasa perlu untuk memperlajari lebih dalam agar bisa berkomunikasi dengan mereka yang berbeda daerah. Namun seiring dengan berjalannya waktu bahasa Indonesia seakan menjadi bahasa pinggiran yang hanya dipelajari di sekolah saja, tanpa harus mempelajari kembali ketika di rumah maupun di kehidupan sehari-hari. Mereka seakan tidak peduli apakah yang mereka ucapkan telah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Siswa sekarang lebih takut salah dalam pelajaran bahasa Ingrris daripada salah ketika pelajaran bahasa Indonesia. Mereka menganggap mudah bahasa Indonesia karena dianggap sering diucapkan sehari-hari, namun tak pernah peduli apa yang diucapkan itu benar atau salah. Bahkan hasil ujian akhir nasional, nilai mata pelajaran bahasa Inggris menunjukkan hasil yang lebih baik daripada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Memang berkurangnya minat siswa dalam belajar bahasa Indonesia tidak sepenuhnya bisa disalahkan kepada siswa, karena ada beberapa faktor lain yang membuat mereka menjadi kurang bergairah dalam mempelajari bahasa Indonesia.

Ada dua faktor penting yang membuat bahasa Indonesia seakan menjadi bahasa pinggiran di negeri sendiri. Pertama, lingkungan.

Lingkungan adalah hal pertama yang membuat bahasa Indonesia menjadi sedikit terpinggirkan. Kenapa? Karena ketika siswa telah diajarkan di sekolah tentang bagaimana ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, mereka menjadi lupa ketika di lingkungannya bahasa ibu menjadi hal yang kuat. Bahkan ketika mereka mencoba untuk sedikit saja berbicara menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapannya, sering kali teman-temannya mengejek dengan sebutan sok pintar. Ejekan itu akhirnya membuatnya jadi ciut hingga akhirnya semangat ingin menggunakan bahasa Indonesia di lingkungannya jadi memudar.

Selain itu juga, penghargaan terhadap mereka yang bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sangat rendah bahkan seringkali diabaikan. Hal itu berbanding terbalik dengan mereka yang bisa berbahasa asing dengan lancar, mereka seakan menjadi ‘tokoh’ di masyarakat karena kemampuannya berbahasa asing.

Selain itu, banyak tempat umum dan fasilitas umum menggunakan bahasa asing. Misalnya kata open dan closed di setiap ATM, bahkan ketika kita masuk ke mal ada juga tulisan no smoking, insert coin dan lainnya.

Kata-kata seperti itu hanya sekadar mempertegas maksud dari tulisan yang ingin disampaikan saja, karena yang membaca tulisan itu mayoritas orang Indonesia. Jadi, ada baiknya menggunakan bahasa Indonesia baru di bawahnya bahasa asingnya.

Kedua, media. Media adalah salah satu penyumbang terbanyak mengapa bahasa Indonesia menjadi ‘tersisih’. Media, baik itu cetak maupun elektronik di era sekarang sepertinya berlomba melakukan westernisasi dalam setiap berita yang mereka liput. Bahkan di media elektronik pencampur-adukan bahasa Indonesia dan bahasa asing dalam sebuah program acaranya adalah hal lumrah.

Lihatlah, betapa banyak judul program di televisi yang menggunakan bahasa asing namun kenyataannya isi programnya menggunakan bahasa Indonesia atau juga berapa banyak pembicara yang sering mengucapkan percampuran antara bahasa Indonesia dan bahasa asing. Belum lagi judul rubrik di media cetak yang banyak menggunakan bahasa asing, padahal isi beritanya juga menggunakan bahasa Indonesia.

Judul program televisi maupun rubrik di media cetak ada baiknya menggunakan bahasa Indonesia karena yang menonton dan membaca mayoritas orang Indonesia. Jadi alangkah baiknya juga menggunakan bahasa Indonesia dan kalaupun memang ingin menggunakan bahasa asing di program atau rubriknya, lebih baik isinya juga menggunakan bahasa yang sama biar lebih baik.

Di tengah krisis tentang bahasa Indonesia, ada setitik cahaya terang akan sebuah kebangkitan bahasa Indonesia. Acara bulan bahasa dan sastra yang diadakan pusat bahasa setiap tahun minimal telah memberi rasa sejuk di antara panasnya bahasa asing yang menyerbu bahasa Indonesia. Blan bahasa dan sastra 2010 kali ini mengangkat tema,’ pembentukan karakter bangsa melalui peningkatan kualitas bahasa dan sastra Indonesia dan daerah’. Mngkin karakter bangsa bisa dilihat dari kualitas bahasa dan sastranya, baik itu bahasa dan sastra Indonesia maupun bahasa dan sastra daerah.

Jadi, mari bersama-saama kita tingkatkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jangan sampai bahasa Indonesia menjadi bahasa yang disayang namun terbuang penuturnya sendiri.